Sejarah Desa

*SEJARAH DESA KARANGMAJA*

Pada abad ± ke 15 tersebutlah Kerajaan Galuh yang daerah kekuasaannya sampai ke Cipamali, pada saat itu patihnya yang bernama Pepatih Kidang Layaran (Patih Layang Kuning) mengadakan perjalanan atau berkelana ke arah timur hingga sampai di tanah Pagedangan (sekarang Ciledug) dengan menyamar sebagai rakyat biasa dan memakai nama samaran “Ki Malewong”, secara diam – diam kepergiannya itu diikuti oleh 6 punggawa kerajaan, yakni;

1. Ki Gagak Singalaga

2. Ki Angga Paksa

3. Ki angga Raksa

4.Ki Kokol

5. Ki Jalak Rawa (Ki Sekar Sari)

6. Nyi Gedong Lamaranti (Si Nyai)

Diantara ke 6 tokoh tersebut di atas, Ki Angga Paksa mendapat tugas menyebarkan Agama Islam di bagian timur Cijangkelok, beliau ganti nama “Ki Gede Raga Kamayung”, sebagai tokoh yang memayungi masyarakat sekitarnya dan juga sebagai pegawai pembawa payung pada upacara Mapag Sri Embah Kuwu Cakra Buwana Cirebon. Beliau tinggal di dukuh tersebut, sedangkan pekarangannya (Karang) ditanami pohon Maja, sehingga lambat laun tempat tersebut oleh penduduk dikenal dengan nama Dukuh Karangmaja.

Kemudian karena pada saat itu terjadi pageblug selama 7 tahun sebagai akibat dari supata (sumpah serapah) dari Aki kolot Negla saat menjalankan tugas mengantarkan surat ke daerah Luragung dengan naik kuda di atas pematang sawah sementara itu penduduk tidak merelakannya, akhirnya beliau sarankan agar penduduk Karangmaja hijrah ke dukuh lain yang masih merupakan wilayah Karangmaja di sebelah timur tepatnya di Dukuh Kasub atau Maja Tengah.

Pada saat itu Embah Buyut Kasub mempunyai 2 orang putera, yaitu;

1. Raden Rambang Maya

2. Ny. Rambut Kasih.

Raden Rambang Maya ingin mempersunting wanoja yang bernama Ny. Rantan Sari (Layang Sari) keturunan Kerajaan Galuh adik Layang Kuning. Tapi karena beliau sudah bertunangan dengan Buyut Bandung maka ia menolaknya, sedangkan Buyut Kasub tetap menginginkannya, maka terjadilah peperangan antara Buyut Kasub dan puteranya melawan Ki Buyut Bandung di Leuweung Gede (sekarang Cikulak Kecamatan Waled). Dalam peperangan tersebut tidak ada yang kalah dan menang, hal ini dilakukan demi menghormati Ny. Rambut Kasih yang jadi penguasa di Leuweung Gajah Ciledug.

Setelah kejadian itu Ny. Mas Layang Sari memutuskan untuk tidak menikah dengan Buyut Bandung, lalu ia meneruskan perjalannya mencari kakaknya sampai ke pedukuhan Maja Tengah atau Karangmaja dan bertemu dengan Ki Buyut Kasub dan puteranya. Dalam pertemuan ini mereka saling menyadari siapa dirinya masing – masing dan sepakat untuk menjadi adik angkat (nikah batin) dan menetap di tempat tersebut sampai akhir hayatnya. Karena beliau wafat dalam keadaan masih perawan (dalam bahasa sunda = Cawene). Maka tempat tersebut sampai sekarang oleh penduduk sekitar dikenal dengan nama Bumi Cawene, letaknya sebelah selatan Desa Karangmaja. Jadi sampai sekarang Desa Karangmaja itu sebenarnya dikelilingi oleh tiga Situs bersejarah yakni; Situs Kemayung, Bumi Cawene dan Kasub, ketiganya sampai saat ini masih dianggap keramat, aroma mistispun masih kental mewarnainya. Sebagian penduduk terkadang masih menjumpai beberapa kejadian aneh dan tidak masuk akal yang diduga masih berkaitan erat dengan ketiga tempat bersejarah tersebut.

(Red : berdasarkan cerita di atas dapatlah disimpulkan bahwa Dukuh Karangmaja yang dimaksud di atas kini telah berubah nama yakni “Situs Kemayung”, letaknya sebelah timur Desa Singkup perbatasan Jawa Barat – Jawa Tengan tepatnya di sebelah timur Sungai Cijangkelok, Sedang Maja Tengah kini telah berubah nama menjadi Desa Karangmaja, menurut nara sumber penamaan Dukuh Maja Tengah menjadi Desa Karangmaja karena penduduk pada saat ingin mengabadikan nama tempat asalnya pada tempat yang baru ditinggalinya pasca kepindahannya ke Dukuh Maja Tengah)